Foto: Instagram Sub Store Bandung |
Anak-anak muda zaman sekarang lebih mengenal Cikapundung sebagai nama sebuah sungai di Bandung dan Aliando sebagai bintang sinetron Ganteng Ganteng Sering Galau. Padahal, kalau diselami lebih dalam di Cikapundung ada sebuah pasar seni dan barang antik yaitu pasar Cikapundung. Sabtu ini (27/06/2015) digelar acara Ngabuburit Musik di Cikapundung bertempat di Sub Store Bandung yang digagas oleh Ripstore Asia, Stranger Daydreaming Records, Frengers Bandung, dan Postrock Store.
Sore hari di lantai 3 beberapa kios masih terlihat buka, ada juga beberapa orang yang bersantai menunggu adzan maghrib. Sub Store letaknya ada di lantai 3 paling ujung berdekatan dengan si teteh tukang lotek. Suasana kala itu masih belum kondusif, tata letak panggug ada di paling ujung. Sub Store sendiri adalah sebuah konsep toko yang menjual vinyl atau piringan hitam, audio pemutar musik, kaos dan dilengkapi juga dengan menu makanan dan minuman.
Beberapa puluh menit menjelang adzan acara diskusi baru dibuka dengan tema yang sederhana yaitu peran sosial media bagi para musisi terutama bagi yang baru merintis karir di dunia musik. Saat diskusi diperkenalkan satu persatu band yang akan bermain nanti yaitu Cocta, Egi Et Firsta dan Rayhan The Daydreamers. Diskusi berjalan sebagiamana mestinya sampai terdengar adzan magrib yang mengingatkan waktu buka telah tiba, diskusi pun langsung ditutup, acara akan dilanjutkan kembali setelah berbuka puasa.
Saya berbuka puasa di meja yang letaknya berhadapan dengan si teteh tukang lotek. Air mineral dan segelas es the manis mulai melepas dahaga kala itu. Sebagai pelengkap tajil, saya mencoba pisang aroma yang tergeletak di depan mata. Dari segi rasa tidak mengecewakan karena didalamnya ada keju. Acara music dimulai setelah semuanya berbuka puasa, penampilan pertama datang dari Egi Et Firsta yang musiknya mengarah ke jazz and soul. Lagu-lagunya berbahasa inggris dan mencover satu lagu “Happy” milik Pharrell William.
Berlanjut ke penampilan dari Cocta dengan membawakan genre musik rap religi, Gilang sebagai rapper bercerita kalau musik islami yang mereka bawakan tidak mengarah ke arah islam radikal, semua liriknya berdasarkan pengalaman pribadi masing-masing personil. Menutup penampilan malam ini, Rayhan The Daydreamers menguasai panggung sepenuhnya memainkan musik pop dengan balutan etnik. Saat lagu pertama selesai dimainkan ada pesan dari panitia, kalau penampilan harus dihentikan sejenak karena taraweh masih berlangsung di masjid yang lokasinya ada di lantai paling bawah.
Untuk mengisi kekosongan tercetus ide untuk stand up comedy, maka tugas mulia itu dipercayakan pada kang Ruli, pemilik salah satu kios di pasar Cikapundung. Saat mulai berdiri di depan penonton, ia mengaku tidak mengerti sama sekali tentang stand up comedy, tapi pelan-pelan ia bercerita kalau sehari-hari tidak pernah menonton TV karena tidak punya TV, ia juga bilang untuk apa beli TV karena hampir tidak ada bedanya yang ditayangkan pasti sama seperti itu-itu lagi.
Cerita kembali berlanjut, kali ini ia menceritakan tentang pasar Cikapundung, pasar Cikapundung adalah pasar yang menjual barang-barang jadul alias vintage. Kalau ingin mencari barang-barang jadul bisa datang kesini, beragam pilihan tersedia mulai dari buku, peralatan rumah sampai dengan barang elektronik jadul.
Kang Ruli yang punya kumis manis seperti aromanis menceritakan pengalamannya menggunakan twitter. Karena HP Androidnya jadul dan murah mereknya smartfri*nd hanya untuk melihat twitternya saja loadingnya bisa sampai berjam-jam. Padahal ia hanya ingin melihat twitter Ridwan Kamil saja, setelah lama menunggu ujung-ujungnya ia malah meminjam handphone milik temannya. Cerita yang sederhana, tapi bisa mengundang tawa semua penonton di malam itu.
Datangnya pak haji ke lantai 3 menandai acara music kembali dilanjutkan. Pak haji adalah salah satu orang saleh yang ada di pasar Cikapundung, Rayhan The Daydreamers kembali bermain sampai acara berakhir di Sub Store pasar seni dan barang antik, Cikapundung.*** Kedai Senja